Pemerintah Umumkan THR Ojol, “Driver” Ragu dan Anggap Jakarta – Pemerintah baru saja mengumumkan bahwa para pengemudi ojek online (ojol) akan mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) menjelang Idul Fitri 2025. Langkah ini dianggap sebagai bentuk perhatian terhadap pekerja sektor informal yang selama ini belum mendapatkan hak THR sebagaimana pekerja formal.
Namun, meskipun kabar ini terdengar menggembirakan, banyak driver ojol justru merasa ragu dan menilai bahwa syarat untuk mendapatkan THR ini terlalu berat. Sejumlah komunitas pengemudi ojol menilai kebijakan ini tidak semudah yang terlihat di atas kertas.
Pemerintah Umumkan THR untuk Ojol, Ini Rincian Kebijakannya
Menurut pernyataan resmi Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), THR untuk ojol akan diberikan melalui subsidi khusus yang bekerja sama dengan perusahaan aplikasi transportasi.
Beberapa poin utama dalam kebijakan ini meliputi:
✔ Besaran THR: Setiap pengemudi ojol yang memenuhi syarat akan mendapatkan THR sebesar Rp 500.000 – Rp 1.000.000, tergantung pada jumlah perjalanan dan keaktifan selama periode tertentu. ✔ Pendanaan: Dana THR berasal dari subsidi pemerintah serta kontribusi dari perusahaan aplikasi. ✔ Syarat penerimaan:
- Pengemudi harus aktif dalam tiga bulan terakhir.
- Memiliki minimal 1.000 perjalanan dalam tiga bulan.
- Tidak memiliki catatan pelanggaran berat dalam sistem aplikasi. ✔ Pencairan: THR akan dicairkan melalui dompet digital masing-masing aplikasi dan bisa ditarik tunai.
Meskipun kebijakan ini dirancang untuk memberikan bantuan kepada driver ojol, banyak dari mereka menilai persyaratan yang diberikan cukup berat dan sulit dipenuhi.
Keluhan Para Driver Ojol: “Syaratnya Berat, Tidak Semua Bisa Dapat”
Setelah pengumuman resmi dikeluarkan, banyak driver ojol langsung bereaksi di berbagai forum komunitas dan media sosial. Mayoritas mengungkapkan keraguan mereka terhadap kemudahan mendapatkan THR ini.
1. Target Perjalanan yang Tinggi
🚦 Minimal 1.000 perjalanan dalam tiga bulan dianggap sebagai syarat yang memberatkan. Jika dihitung, driver harus menyelesaikan rata-rata 11-12 perjalanan per hari tanpa libur. Banyak driver yang merasa angka ini sulit dicapai, terutama bagi mereka yang bekerja paruh waktu atau yang terkena dampak kebijakan zonasi.
🛵 “Jangankan 1.000 trip dalam tiga bulan, sekarang dapat 10 order per hari saja susah karena persaingan makin ketat!” – ujar Agus, seorang driver ojol di Jakarta.
2. Pengemudi Paruh Waktu Tidak Terakomodasi
🔄 Banyak pengemudi ojol yang bekerja sebagai driver paruh waktu, misalnya mahasiswa atau pekerja dengan pekerjaan sampingan. Mereka menilai bahwa kebijakan ini lebih berpihak pada driver penuh waktu dan kurang mempertimbangkan pengemudi dengan pola kerja yang lebih fleksibel.
📉 “Saya narik hanya sore dan malam, karena siang kerja di kantor. Kalau harus 1.000 perjalanan dalam tiga bulan, jelas nggak mungkin dapat THR.” – keluh Rendi, driver ojol di Bandung.
3. Kekhawatiran Soal Pencairan dan Kejelasan Dana
💰 Salah satu kekhawatiran terbesar adalah mekanisme pencairan THR. Banyak driver yang ragu apakah dana benar-benar akan cair tepat waktu, mengingat beberapa kebijakan bantuan sebelumnya sering mengalami kendala teknis.
🛑 “Dulu ada subsidi BBM buat ojol, tapi banyak yang nggak dapet karena data di aplikasi nggak sinkron. Jangan sampai THR ini nasibnya sama!” – kata Wawan, driver ojol di Surabaya.
Tanggapan Pemerintah dan Perusahaan Aplikasi Tentang THR Ojol
Melihat banyaknya reaksi dari pengemudi ojol, pemerintah dan perusahaan transportasi daring seperti Gojek, Grab, dan Maxim akhirnya memberikan klarifikasi lebih lanjut.
📢 Kemenaker: “Kami memahami kekhawatiran para driver. Untuk itu, kami akan bekerja sama dengan perusahaan aplikasi agar mekanisme pencairan THR ini lebih fleksibel dan adil.”
📢 Pihak Gojek: “Kami sedang berkoordinasi dengan pemerintah untuk memastikan bahwa driver yang memenuhi syarat benar-benar mendapatkan hak mereka tanpa ada kendala teknis.”
📢 Pihak Grab: “Kami akan memberikan notifikasi langsung kepada driver yang berhak mendapatkan THR, sehingga transparansi tetap terjaga.”
Solusi dan Saran dari Komunitas Ojol
Menanggapi kebijakan ini, beberapa komunitas ojol mengusulkan agar pemerintah dan perusahaan aplikasi mempertimbangkan beberapa hal berikut:
✔ Mengurangi target perjalanan: Misalnya dari 1.000 perjalanan dalam tiga bulan menjadi 750 perjalanan, agar lebih banyak pengemudi yang bisa memenuhi syarat. ✔ Memperluas cakupan driver yang memenuhi syarat: Tidak hanya mereka yang bekerja penuh waktu, tetapi juga yang bekerja paruh waktu. ✔ Transparansi pencairan: Driver berharap ada sistem yang lebih jelas untuk memastikan THR benar-benar diterima oleh mereka yang berhak, tanpa adanya potongan atau kendala teknis. ✔ Mekanisme banding: Jika ada pengemudi yang merasa memenuhi syarat tetapi tidak mendapatkan THR, diharapkan ada sistem pengajuan banding yang jelas dan cepat.
THR Ojol, Harapan atau Beban Baru?
Kebijakan THR bagi pengemudi ojol sebenarnya adalah langkah baik dari pemerintah dalam memberikan perhatian kepada sektor informal. Namun, persyaratan yang dinilai berat membuat banyak pengemudi merasa pesimis dan ragu bisa mendapatkannya.
📌 Poin utama yang menjadi sorotan: ✅ THR diberikan melalui subsidi pemerintah dan perusahaan aplikasi.
Jumlah perjalanan minimal 1.000 dalam tiga bulan dianggap terlalu berat.
Driver paruh waktu dan pengemudi dengan zona sepi sulit mendapatkan THR.
Pencairan melalui dompet digital memunculkan kekhawatiran keterlambatan dana.
Komunitas ojol mengusulkan revisi kebijakan agar lebih adil dan fleksibel.
Banyak pengemudi berharap bahwa pemerintah dan perusahaan aplikasi dapat meninjau kembali kebijakan ini agar lebih inklusif dan mudah diakses oleh semua pengemudi, tanpa harus menghadapi syarat yang terlalu berat.
Dengan perbaikan aturan, THR bagi driver ojol bisa benar-benar menjadi berkah Ramadan, bukan sekadar harapan kosong. 🛵💰